Rabu, 19 September 2012

Senjata Psikolog episode2 : Rapport dan Empati

Untuk menjadi seorang psikolog yang baik selain menguasai teknik wawancara dan observasi, seorang psikolog harus mampu untuk membina rapport dan mengembangkan empati. Dalam kamus bahasa inggris, rapport berarti menjalin relasi atau membina hubungan berlandaskan kepercayaan satu sama lain. Dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya secara tidak sadar dalam pergaulan kita sering membangun rapport apalagi saat pertemuan pertama bertemu.
Klien yang pertama kali datang akan merasa asing dan cenderung belum mudah terbuka. Oleh karena itu, psikolog perlu untuk membangun rapport dengan klien dengan cara antara lain:
1.       Menyambut klien dengan senyum ramah.
2.       Mempersilahkan duduk dengan sopan.
3.       Menanyakan kabar klien.
4.       Memulai dengan obrolan santai sebelum masuk ke topik.
Hal-hal simpel ini jika dilakukan akan menimbulkan rasa nyaman klien terhadap seorang psikolog. Klien yang nyaman akan lebih mudah bercerita dan memberikan data.

Selain membangun rapport, psikolog juga perlu mengembangkan rasa empati ketika sesi berlangsung. Empati adalah turut merasakan apa yang dialami seseorang seperti contohnya memikirkan apa yang harus diperbuat, bukan malah mengasihani. Berikut kebiasaan-kebiasaan kecil yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan rasa empati, antara lain:
1.       Bersyukur terhadap hal-hal kecil setiap hari.
2.       Menjadi seorang pendengar yang baik.
3.       Mencoba menempatkan diri sebagai orang lain.
4.       Tidak berlebihan dalam memberikan respon.
5.       Memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan.
Tips-tips ini mungkin terlihat mudah dan umum namun dalam pelaksanaannya diperlukan kesadaran dan kekonsistenan sehingga akan ampuh khasiatnya :D
Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan :)

Rabu, 05 September 2012

Teknik Wawancara episode 1

Teknik wawancara merupakan mata kuliah menarik dan wajib dipahami oleh setiap calon psikolog.
Secara umum, wawancara dapat dijelaskan sebuah metode atau proses untuk pengumpulan informasi atau data dengan cara tanya jawab yang dilakukan minimal oleh dua orang. Wawancara sering juga digunakan untuk mengklarifikasi  atau memperjelas informasi. Dengan melakukan wawancara, seorang psikolog dapat lebih mendalami dan memahami masalah, mendapatkan data lebih akurat dan jelas.

Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga mengenai wawancara, antara lain mungkin saja subjek atau klien tidak menyajikan data yang sebenarnya karena adanya kemungkinan berbohong, terdapat bias-bias misalnya seperti hallo effect, dsb, kesulitan menyamakan jadwal dengan subjek atau klien hingga kondisi fisik serta mood subjek atau klien harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam proses wawancara.

Selain teknik merangkai pertanyaan, sebagai seorang (calon) psikolog hendaknya kita harus memahami bagaimana membangun rapport yang baik dengan subjek atau klien, kita juga harus mampu memahami apa yang sebenarnya hendak digali dari subjek atau klien. Selain itu, kemampuan observasi tingkah laku atau bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh subjek atau klien juga sangat diperlukan ketika proses wawancara berlangsung.

Bila dilihat sekilas, wawancara sangat mudah dilakukan oleh siapa saja. Berbeda dengan pelaksanaanya yang diperlukan ketelitian dan kejelian seorang pewawancara dalam merangkai pertanyaan terbuka dan tidak mengarahkan. Tak jarang pewawancara pemula melakukan kesalahan seperti memberikan pertanyaan yang mengarahkan sehingga tidak memberikan kesempatan bagi subjek atau klien untuk menyajikan jawaban yang lebih dalam. Dalam menyiapkan poin pertanyaan, penguasaan terhadap materi sangat dibutuhkan. Seorang pewawancara yang baik juga harus sabar dan teliti dalam mendengarkan subjek atau klien, menangkap poin-poin penting yang disajikan subjek atau klien baik tersirat maupun tersurat. Langkah terakhir pewawancara harus ingat untuk menyimpulkan dan mengkonfirmasi kembali pada subjek atau klien sehingga yakin bahwa data itu telah benar adanya.

Saya sendiri masih harus belajar banyak dan terus berlatih mempraktekan teknik wawancara ini mengingat diri saya yang sulit fokus untuk waktu yang lama. Saya juga masih harus banyak membaca dan terus menambah ilmu agar dapat lebih mudah memahami konsep jawaban dari subjek atau klien.